Gambar diperbarui 6 mei 2019.
Ornamen batu alam paras jogja, sangat pas dengan tema lambang keraton yogyakarta, yang terbuat dari batu alam paras jogja, batu asli asal jogjakarta.
Ornamen batu alam paras jogja, sangat pas dengan tema lambang keraton yogyakarta, yang terbuat dari batu alam paras jogja, batu asli asal jogjakarta.
Untuk lebih lanjut tentang harga ornamen, motif dll bisa hubungi kontak yang tersedia atau bisa datang langsung ketempat produksi..
Lambang yang selalu menghiasi bangunan-bangunan Keraton Yogyakarta tersebut adalah Praja Cihna. nama tersebut diambil dari bahasa sansekerta Praja yang berarti Abdi Negara dan Cihna yang berarti Sifat Sejati. Secara harafiah, menurut saya Praja Cihna bisa diartikan Sifat Sejati Abdi Negara.Kota Yogyakarta merupakan salah satu tujuan wisata di Indonesia. Salah satu lokasi yang sering disinggahi oleh wisatawan adalah Keraton Yogyakarta yang meruapakan tempat tinggal Sultan Hamengkubuwono. Sebagian besar wisatawan pasti belum tahu makna yang berada di balik lambang Keraton Ngayogyakarta, padahal setiap kita mau masuk kawasan Keraton pasti disambut oleh lambang tersebut. Maka dari itu saya sebagai warga Yogyakarta asli akan berbagi ilmu dengan rekan-rekan semua tentang arti dibalik lambang Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
- Pemesanan ukiran Lambang keraton maupun ukiran batu alam motif yang lainya silahkan hubungi kontak kami.
Makna Secara Mendalam lambang Keraton Yogyakarta
LAR utawa swiwine peksi garuda kang megar, minangka gegambaran agung lan wibawane praja sarta sang nata. Swiwi garuda megar, sanggite keagungan sarta kawibawane karaton –dalem sarta salira –dalem. Kanthi madhep, manteb, teteg, sawiji, greged, sengguh ora mingkuh anggone gasata pusering nagari-dalem, cihnane panentrem, pangayem, pangayom.
artinya :
Sayap burung Garuda yang mengepak lebar menggambarkan keagungan dan kewibawaan keraton (sebagai lembaga eksekutif, ) yang tegas, mantap, kuat, total , dinamis, optimis dan pantang menyerah, dalam membawa kemakmuran / kesejahteraan Negara- rakyat, sebuah sifat wajib seorang pemimpin, dan penentram, pelindung.
Prinsip dasar dalam pementasan Tari Mataram di Yogyakarta
Sawiji, Greged, Sengguh ora Mingkuh merupakan prinsip dasar dalam 4 prinsip itu di konsepsi oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I
Sawiji : Totalitas, Konsentrasi Tinggi, penuh penjiwaan.
Greged : Dinamis, Penuh semangat tanpa kekerasan.
Sengguh : Percaya diri namun rendah hati, optimis.
Ora Mingkuh : Pantang mundur.
Ka.
Aksara jawa Ha-Ba
Aksara jawa mengku werdi hangadeg jejeg kanthi adeg-adeg kabudayan asli jati diri kapribaden bangsa sarta nagari pribadi. Tembung Ha-ba minangka cekakan asma-dalem Hamengku Buwana, kang werdine lenggah jumeneng-dalem kuwi pindhane priyagung kang mangku, mengku, lan mengkoni jagad saisine.
artinya:
Aksara Jawa yang tertulis tegak menjadi simbol kebudayaan asli bangsa juga jati diri kepribadian bangsa dan Negara. Kata Ha – Ba merupakan singkatan dari nama Hamengku Buwono, yang bertahta dengan agung memangku, memimpin dan memelihara dunia ( Negara ) beserta isinya( sumber daya alam dan manusia )
Da
Angka jawa, mratelakake urute lenggah jumeneng-dalem Ngarsa Dalem ingkang sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwana ing keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Miturut jaman kalakone kanthi hangadeg jejeg alelambaran jati-diri.
artinya:
Angka Jawa, menjelaskan urutan Sultan Hamengku Buwono yang sedang atau pernah bertahta di Yogyakarta.
Ta.
Kembang Padma
Kembang padma utawa kembang Terate kang awujud wit sarta gagang lan kembange urip rumambat kemambang ana sadhuwure banyu. Lire pinter nglenggahake laras karo papan sarta wektu jumenenge.
artinya:
Bungan Padma ( Teratai ) berwujud tumbuhan dengan tangkai dan bunganya, hidup merambat, mengapung di atas air. Mempunyai arti memiliki kecerdasan/kebijakan dalam memposisikan diri pada tempat dan waktu dengan benar
Sa.
sulur
Sulur sanggite tetuwuhan kang uripe mrambat. Kang werdine kuncara lan adiluhunge kabudayan bangsa nusantara kang tansah lestari maju lan ngrembaka migunani tumrap bangsa lan manungsane kang arupa-rupa.
artinya:
Tumbuhan Sulur yang hidup merambat, melambangkan kejayaan dan kemuliaan kebudayaan bangsa nusantara yang lestari berkembang dan bermanfaat bagi bangsa dan rakyat yang beraneka ragam.